Tentang Puan yang Bertuan

Menuju kebersamaan—yang berpuluh sekian...
banyak rasa bercampur asa tak berupa
tentang ekspektasi yang tak kunjung memuaskan diri,
tentang suka cita yang hanyalah dusta belaka

Menuju kebersamaanyang hanyalah sebuah keterikatan...

banyak luka tersirat telah kusampaikan
kiranya tuan memahami dengan perasaan
tak mudah tuk kembali membangun seperti halnya kepercayaan

Menuju kebersamaan—yang entah hingga kapan.
Maaf bila mulai tumbuh kecil sebuah keraguan tuk tetap bertahan
akibat harap yang kubiarkan terlalu lelap dari kata yang sekadar tuan ucap
salahku, yang selalu menerima maaf dan mengulang pilu.

Teruntuk tuan—yang kuyakin berperasaan,
buatlah aku ingin tetap bertahan dalam dekapan
walau kecewa tetap harus ku tahan
sendirian.



—MartabakManis

Komentar

  1. Mengapa pilu?
    Bukankah menuju sebuah kebersamaan adalah hal yang manis? Semanis martabakmu.
    Mengapa pilu?
    Kiranya luka memberi ketegaran dan bekas untuk tidak terluka lagi.
    Dan teruntuk tuan,
    si martabak manis.
    Bahwasanya adalah waktu, tak perlu tertuju, rindumu masih berlaku.
    Jangan menuntut balas...
    ...
    #Kiranya senyummu tak lekang oleh waktu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai kawan!
      sebenarnya aku sudah membaca pesanmu di esok paginya, namun belum saja sempat aku balas karena selalu lupa, maafkan aku memang keterlaluan :(
      Terimakasih sudah bersedia tuk menghibur, sungguh aku dibuat haru:')
      dan juga terimakasih sudah berkenan tuk mampir membaca tulisanku!
      Semoga harimu baik selalu ya :)

      Hapus

Posting Komentar

Popular Diary

Gagal Move On

CERPEN: Mesin Tik Jahat