Tentang rasa dan juga asa
Seseorang dengan pengalaman pahitnya pernah berkata padaku dengan tatapan tajam meyakinkan, "Sesungguhnya mencintai tak harus jadi memiliki dan memiliki belum tentu akan tetap mencintai sepenuhnya dan setelahnya." "Jangan mudah terlena akan cinta yang fana. Bahkan bisa jadi, itu hanya kuasi." Sejenak ia menarik nafas, mengalihkan pandangannya kedepan, dan menyelesaikan petuahnya dengan sekali hembusan, "Tak perlu tergesa-gesa menafsirkan gelora yang dirasa, Ben. Yang kamu perlu saat ini hanyalah perkara waktu." "Percayalah, tak semua yang terikat memiliki simpul ikatan yang kuat." Jujur, aku tertawa bahkan menampar pelan rahang pipinya bercanda. Bukan karena itu perkataan yang lucu, tetapi karena aku tak menyangka ia memiliki pemikiran sebegitu dewasanya—atau mungkin tidak pada umumnya. Membuat aku merasa layaknya bocah yang tak tahu menau perkara filantropi. Ternyata memang benar, selama ini aku bodoh mendefinisik...